artikel
-
Peradaban Lembah Sungai Gangga Lengkap Pusat Peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan...
-
Proses Pembentukan Batubara I. Prinsip Sedimentasi Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terben...
-
Pengertian El-Nino : El-Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur...
-
Batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati. Sebagian penyelidik berpendapat bahwa batu bara yang terbentuk di daerah sub tropik...
-
“Tears will not erase your sorrow; hope does not make you successful; courage will get you there.” – Air mata tidak akan menghapus duka...
-
PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum , dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga sebagai emas hitam ...
-
ADAB DI DALAM MAJLIS Agar kita mengerti proses mengarungi lautan ilmu Allah, maka majelis ilmu adalah sebuah samudera tak bertepi yang w...
-
Proses Pembentukan Batubara I. Prinsip Sedimentasi Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terben...
Minggu, 22 April 2012
Selasa, 17 April 2012
Peradaban
Lembah Sungai Gangga Lengkap
Pusat Peradaban
Lembah Sungai Gangga terletak antara
Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air di
Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad,
Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di teluk Benggala.
Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan alam seperti ini
tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya. Mereka adalah bangsa peternak dengan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap. Selanjutnya mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya. Mereka adalah bangsa peternak dengan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap. Selanjutnya mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Pada
dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci
Weda (Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad.
Ketiga kitab itu menjadi dasar kehidupan orang-orang Hindu.
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
·
Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
· Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
· Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
· Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
· Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
· Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
· Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Keempat
buku itu ditulis pada tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta.
Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.
Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.
Umat
Hindu yang ada di India berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota Benares,
yaitu sebuah kota yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).
Sidharta
Gautama adalah putera mahkota dari kerajaan Kapilawastu (Suku Sakia). Ia
termasuk kasta Ksatria. Setelah kurang lebih tujuh tahun mengalami berbagai
cobaan berat, penyesalan dan penderitaan, akhirnya ia mendapatkan sinar terang
di hati sanubarinya dan menjadilah Sidharta Gautama Sang Budha (artinya Yang
Disinari).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
Pemerintahan
Kerajaan
Gupta didirikan oleh Raja Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah
Sungai Gangga. Kerajaan Gupta mencapai masa yang paling gemilang ketika Raja
Samudra Gupta (cucu Candragupta I) berkuasa. Ia menetap di kota Ayodhia sebagai
ibu kota kerajaannya.
Raja
Samudragupta digantikan oleh anaknya yang bernama Candragupta II (375-415 M).
Candragupta II terkenal sebagai Wikramaditiya. Pada masa pemerintahan
Candragupta II terkenal seorang pujangga yang bernama Kalidasa dengan
karangannya berjudul Syakuntala.
Setelah
meninggalnya Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur. Bahkan berbagai suku
bangsa dari Asia Tengah melancarkan serangan terhadap kerjaan Gupta. Maka
hampir dua abad, India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke-7 M
tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana.
Ibu kota
Kerajaan Harsa adalah Kanay. Pujangga yang terkenal di masa kekuasaan
Harshawardana bernama pujangga Bana dengan buku karangannya berjudul
Harshacarita.
Setelah
masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah diketahui
adanya raja-raja yang berkuasa. India mengalami masa kegelapan.
Bentuk
Kebudayaan Lembah Sungai Gangga
Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan
kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan
Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Arya sering disebut dengan
Arya Varta (Negeri Bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Bangsa Dravida mengungsi ke daerah selatan, kebudayaannya kemudian dikenal
dengan nama kebudayaan Dravida.
2. Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai
Gangga merupakan kelanjutan ~an sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah
Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi
kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin
berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya
kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta
dan Kerajaan Harsha.
a.
Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta
I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan
Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha
masih tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa
pemerintahanSamudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa
pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil
dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta
II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu,
namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan
pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di
bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan
sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada
masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul
"Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga
pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal
menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami
kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II. India mengalami
masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
b.
Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7
M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha
adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar.
Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat.
Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah
pujangga Bana dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi
kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan
stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan.
Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa
pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui
adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
c.
Kebudayaan Lembah Sungai
Gangga
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu
berkembang, baik di wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja
banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa
Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial
berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem
kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh
Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke
masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha.
Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha
Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang
tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah
sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di
Indonesia.
Kebudayaan Hindu Lembah Sungai Gangga
Berubahnya pola hidup bangsa Arya dari seorang pengembara menjadi hidup menetap, melahirkan kebudayaan campuran dengan bangsa aslinya, yaitu bangsa Hindu dan kebudayaanya disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme).
Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda yang berisi cerita kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu:
Berubahnya pola hidup bangsa Arya dari seorang pengembara menjadi hidup menetap, melahirkan kebudayaan campuran dengan bangsa aslinya, yaitu bangsa Hindu dan kebudayaanya disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme).
Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda yang berisi cerita kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu:
·
Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
·
Sama-Weda, berisi nyanyian untuk memuja dewa.
·
Yayur-Weda, berisi bacaan untuk keselamatan.
·
Atharwa-Weda, berisi ilmu untuk menghilangkan marabahaya.
Selain Kitab Suci Weda, terdapat Kitab
Brahmana yang isinya doa-doa ucapan Brahmana saat dilangsungkan
upacara, dan Kitab Upanishad yang isinya ajaran keagamaan dari guru. Ajaran
Hindu mengenal banyak dewa (polytheisme), namun
dewa yang menjadi utama adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.
Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari 4 bagian, yakni:
dewa yang menjadi utama adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.
Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari 4 bagian, yakni:
KastaBrahmana:kaumagamawan.
KastaKstaria:kaumpemerintahan.
KastaWaisya:kaumpetanidanpedagang.
Kasta Sudra: kaum pekerja.
KastaKstaria:kaumpemerintahan.
KastaWaisya:kaumpetanidanpedagang.
Kasta Sudra: kaum pekerja.
Kebudayaan Buddha Lembah Sungai Gangga
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha (artinya Yang Diterangi/Yang Disinari). Pada awalnya, Sidharta Gautama adalah seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah merasakan ketenangan batiniah.
Tiga unsur utama yang terdapat dalam ajaran Buddha, sebagai berikut:
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha (artinya Yang Diterangi/Yang Disinari). Pada awalnya, Sidharta Gautama adalah seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah merasakan ketenangan batiniah.
Tiga unsur utama yang terdapat dalam ajaran Buddha, sebagai berikut:
Sang Buddha, berbakti kepada Sang Buddha.
Dharma, berbakti kepada ajarannya.
Sangha, berbakti kepada umatnya.
Keseluruhan ajaran Buddha kemudian dibukukan dalam Kitab Tripitaka. Kitab Tripitaka menjadi pedoman ritual bagi kehidupan para pengikutnya. Kitab ini terdiri dari tiga kumpulan tulisan, yakni SutraPitaka,VinayaPitaka, dan AbhidharmaPitaka.
2.PemerintahanPerkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan ~an sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan KerajaanHarsha.
a.KerajaanGupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddhamasihtetapdapatberkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Guta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya danKotaAyodhiaditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
b.KerajaanHarsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
c.Kebudayaan Lembah Sungai Gangga
Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Arya sering disebut dengan Arya Varta (Negeri Bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Di
Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India
maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme).
Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa
Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal
dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan
kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang
menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
“Tears
will not erase your sorrow; hope does not make you successful; courage will get
you there.”
– Air mata tidak akan menghapus dukamu; berharap tidak akan membuatmu sukses;
hanya keberanian yang bisa membawamu kesana. Johni PangalilaSetiap
hari kita mempunyai peluang yang menguntungkan, entah itu dalam skala kecil
maupun besar. Bila kita cukup berani, maka peluang-peluang tersebut akan
menjadi keberuntungan yang besar. Sebab keberanian akan menimbulkan aksi yang
signifikan.Keberanian
adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan
kemungkinan-kemungkinan buruk. Aristotle mengatakan bahwa, “The conquering of
fear is the beginning of wisdom. Kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan
awal dari kebijaksanaan.”Artinya,
orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi
ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang
yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah
kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.Beberapa
abad yang silam Virgil mengatakan, “Fortune favors the bold. – Keberuntungan
menyukai keberanian.” Marilah kita belajar dari para tokoh olah raga yang
mempunyai prestasi berskala internasional, yaitu Carl Lewis, Michael Jordan,
Marilyn King dan lain sebagainya. Mereka mempunyai keberanian yang tinggi untuk
menepis segala kekhawatiran akan keterbatasan dalam diri mereka. Karena itulah
mereka mampu berprestasi di bidang olah raga dan tampil sebagai tokoh yang
berkarakter.Kita juga
mempunyai peluang yang sama besar di bidang yang sama ataupun di bidang lain,
misalnya di bidang seni, politik, bisnis, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain
sebagainya. Tetapi apakah kita sudah mempunyai cukup keberanian menangkap
peluang yang datang setiap hari itu dan mengubahnya menjadi prestasi hidup?Hanya
diri kita yang mampu mengukur apakah keberanian kita cukup besar? Marilyn King
mengatakan bahwa keberanian kita secara garis besar dipengaruhi oleh 3 hal,
yaitu visi (vision), tindakan nyata (action), dan semangat (passion). Ketiga
hal tersebut mampu mengatasi rasa khawatir, ketakutan, dan memudahkan kita
meraih impian-impian.Berdasarkan
visi atau tujuan yang ingin kita capai, satu hal yang terpenting adalah kita
harus menciptakan kemajuan. Menurut Vince Lombardi, seorang pelatih rugby
ternama di dunia, upaya menciptakan kemajuan akan berjalan secara bertahap.
Adanya perubahan menjadikan diri kita berani membuat kemajuan yang lebih besar.
Karena itu Anthony J. D’Angelo menegaskan, “Don’t fear change, embrace it. –
Jangan pernah takut pada perubahan, tetapi peluklah ia erat.” Maka perjelas
visi, supaya berpengaruh signifikan terhadap keberanian.Sementara
itu, peluang datang terkadang dengan cara yang tidak terduga. Samuel Johnson
mengatakan bahwa, “Whatever enlarges hope will also exalt courage. – Apapun
yang dapat memperbesar harapan, maka ia juga akan meningkatkan keberanian.”
Artinya, tindakan kerja untuk mengubah peluang akan meningkatkan harapan
sekaligus keberanian memikirkan kemungkinan-kemungkinan terbaik atau menanggung
resiko kegagalan sekalipun. Jika sudah mengetahui secara pasti apa yang kita
inginkan dan sudah melakukan tindakan, maka hal itu akan meningkatkan
keberanian untuk tidak pernah menyerah sebelum benar-benar berhasil.Faktor
ketiga yang berpengaruh terhadap tingkat keberanian adalah semangat (passion).
Mungkin kita akan terinspirasi semangat seorang olah ragawan Carl Lewis.
Dirinya tidak merasa khawatir atau takut akan mengalami kekalahan dalam
pertandingan karena ia mempunyai semangat yang tinggi. Semangat Carl Lewis
memompa keberaniannya melewati bermacam kesulitan, sehingga ia berhasil meraih
22 medali emas diantaranya : 9 dari olimpiade/Games, 8 dari World Championship,
2 dari Pan America Games.Ayahnya
adalah orang yang paling berjasa dibalik keberaniannya itu. Ayahnya adalah
orang yang tidak pernah bosan memberikan dorongan motivasi. Sehingga ketika
ayahnya meninggal dunia pada tahun 1987 akibat serangan penyakit kanker, Carl
Lewis menguburkan salah satu medali emas dari perlombaan lari 100 m yang paling
disukai ayahnya. Dia berjanji untuk mendapatkan kembali medali itu. Semangat
Carl Lewis meningkatkan keberaniaannya menembus halangan, hingga ia
kembali berhasil mengumpulkan 9 medali emas beberapa tahun kemudian.Carl
Lewis adalah salah satu contoh orang sukses. Ia mempunyai keberanian yang
tinggi untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa atau tidak akan pernah
dikerjakan oleh orang-orang yang biasa-biasa saja. Mereka konsisten menciptakan
kemajuan terus menerus. Ekhorutomwen E.Atekha menerangkan, “All you need to
keep moving is your ability to keep being courageous. – Segala sesuatu yang
menggerakkan dirimu adalah kemampuanmu untuk memacu keberanian.” Mereka
senantiasa mempunyai keberanian yang tinggi untuk mengubah kehidupan karena
mereka mempunyai visi, melakukan aksi dan mempunyai semangat yang luar biasa.*Sumber:
Keberanian yang Dapat Mengubah Kehidupan oleh Andrew Ho
Senin, 16 April 2012
Batubara
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati. Sebagian penyelidik berpendapat
bahwa batu bara yang terbentuk di daerah sub tropik berasal dari gambut
sedangkan didaerah tropik berasal dari tumbuh-tumbuhan mangrove.
Proses
terjadinya batu bara disebut proses inkolen (air yang ada di dalamnya
dan bahan-bahan yang mudah menguap, Nitrogen makin kecil sedangkan kadar zat
arang atau karbon bertambah presentasenya).
Setelah
tumbuhan mati, proses penghancuran tidak dapat memainkan peranannya karena air
ditempat matinya tumbuh-tumbuhan tersebut tidak atau kurang menbgandung
oksigen. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan tidak mengalami pembusukan dan
kemudian ditimbuni lempung, pasir, kerikil yang akhirnya terjadi proses
pembentukan batu bara.
Proses
tersebut terbentuk melalui beberapa tingkatan:
- Stadium 1 : Proses Biokimia/
Humifikasi, sisa-sisa tumbuhan menjadi keras karena beratnya sendiri
sehingga tumbuh-tumbuhan berubah warnanya tetapi masih utuh bentuknya
karena tidak ada pengaruh suhu dan tekanan yang menjadi gambut atau Turf.
- Stadium 2: Proses Metamorfosa,
sush dan tekanan bertambah tinggi dan waktu lama maka Turf berubah
menjadi batu bara muda atau Lignit.
- Stadium 3: Pembentukan batuan
berharga yaitu terjadinya batu bara, yang dapat dilihat struktur
tumbuhannya. Jika temperatur tekanan meningkat terus, maka akan terjadi Antrasit
dan Stradium yang akhirnya menjadi Granit.
Tumbuh-tumbuhan
yang mati bisa menjadi batu bara bila terbenam pada perairan yang tidak
mengandung oksigen sehingga tidak terjadi pembusukan.
Akar
tumbuhan yang telah membatu disebut Fosil Stigmaria.
Proses
Pembentukan Batubara
I. Prinsip
Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
II. Skala
Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang mencakup proses :
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang mencakup proses :
1.
Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay)
akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana
tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti
selulosa, protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
III.
.Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Beberapa
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
1. Material
dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu,
yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh
terhadap tipe dari batubara yang terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni
lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi material
sedimen.
2.
Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai
berikut :
• Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
• Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
• Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
• Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
• Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
• Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses
dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk
batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan
akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
4. Umur
geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama
material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang
diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang
terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon
yang tinggi.
5. Posisi
geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara
dari :
• Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
• Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
• Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap bentuk, kenehalan, maupun kualitas dari lapisan batubara.
• Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
• Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
• Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap bentuk, kenehalan, maupun kualitas dari lapisan batubara.
Material
Dasar
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim
Proses
Dekomposisi
Dan Umur Geologi
Dan Umur Geologi
IV.
Komposisi Kimia Batubara
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1.
Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible
Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hlo05)
C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
Selulosa lignit gas metan
Selulosa lignit gas metan
6(C6H1005)
C22H2003 + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
Cellulose bituminous gas metan
Cellulose bituminous gas metan
Untuk proses
coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan bantuan
pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan bertambah
sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini hidrogen yang
terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
V.
Lingkungan Pengendapan Batubara
V.1.
Interpretasi Lingkungan Pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagi berikut :
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagi berikut :
1. Vitrain
dan Clarain, diendapkan di daerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka
air laut.
2. Fusain,
diendapkan pada lingkungan dengan kecepatan pengendapan rendah, yaitu
lingkungan air dangkal yang dekat dengan daratan.
3. Durain,
diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan laut
dangkal.
Sedangkan
interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai
berikut :
1. Vitrit,
berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar, yang menunjukkan
lingkungan rawa berhutan.
2. Clarit,
berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk
pada lingkungan rawa.
3. Durit,
kaya akan jejak jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada
lingkungan laut dangkal.
4.
Trimaserit, yang kaya akan vitrinit terbentuk di lingkungan rawa, sedangkan
yang kaya akan liptinit terbentuk di lingkungan laut dangkal clan yang kaya
akan inertinit terbentuk dekat daratan.
V.2
Lingkungan Pengendapan Batubara
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Se-dangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Se-dangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
1. Endapan
Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
2. Endapan
Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya Nrmukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya Nrmukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3. Endapan
Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
4. Endapan
Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.
Proses
Pembentukan Batubara
I. Prinsip
Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
II. Skala
Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang mencakup proses :
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang mencakup proses :
1.
Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay)
akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana
tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti
selulosa, protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
III.
.Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Beberapa
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
1. Material
dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu,
yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh
terhadap tipe dari batubara yang terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni
lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi material
sedimen.
2.
Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai
berikut :
• Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
• Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
• Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
• Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
• Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
• Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses
dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk
batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan
akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
4. Umur
geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama
material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang
diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang
terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon
yang tinggi.
5. Posisi
geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara
dari :
• Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
• Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
• Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap bentuk, kenehalan, maupun kualitas dari lapisan batubara.
• Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
• Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
• Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap bentuk, kenehalan, maupun kualitas dari lapisan batubara.
Material
Dasar
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
- Tekanan – Cekungan
- Struktur Coal – Topografi
- Intrusi – Iklim
Proses
Dekomposisi
Dan Umur Geologi
Dan Umur Geologi
IV.
Komposisi Kimia Batubara
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1.
Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible
Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hlo05)
C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
Selulosa lignit gas metan
Selulosa lignit gas metan
6(C6H1005)
C22H2003 + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
Cellulose bituminous gas metan
Cellulose bituminous gas metan
Untuk proses
coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan bantuan
pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan bertambah
sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini hidrogen yang
terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
V.
Lingkungan Pengendapan Batubara
V.1.
Interpretasi Lingkungan Pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagi berikut :
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagi berikut :
1. Vitrain
dan Clarain, diendapkan di daerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka
air laut.
2. Fusain,
diendapkan pada lingkungan dengan kecepatan pengendapan rendah, yaitu
lingkungan air dangkal yang dekat dengan daratan.
3. Durain,
diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan laut
dangkal.
Sedangkan
interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai
berikut :
1. Vitrit,
berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar, yang menunjukkan
lingkungan rawa berhutan.
2. Clarit,
berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk
pada lingkungan rawa.
3. Durit,
kaya akan jejak jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada
lingkungan laut dangkal.
4.
Trimaserit, yang kaya akan vitrinit terbentuk di lingkungan rawa, sedangkan
yang kaya akan liptinit terbentuk di lingkungan laut dangkal clan yang kaya
akan inertinit terbentuk dekat daratan.
V.2
Lingkungan Pengendapan Batubara
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Se-dangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Se-dangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
1. Endapan
Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
2. Endapan
Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya Nrmukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya Nrmukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3. Endapan
Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
4. Endapan
Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.
Langganan:
Postingan (Atom)